Hari Olahraga Nasional 2024: Kado Prestasi dari Atlet Indonesia di Paralimpiade 2024 – Kompaspedia

 

Hari Olahraga Nasional 2024: Kado Prestasi dari Atlet Indonesia di Paralimpiade 2024 – Kompaspedia

Membangun Ekosistem Olahraga Nasional yang Inklusif

Di Indonesia, olahraga bagi penyandang disabilitas sudah dimulai pada tahun 1951 berkat prakarsa Prof. Dr. Soeharso. Langkah awal ini menandai komitmen negara terhadap inklusi dan perkembangan olahraga untuk difabel.

Pada tahun 1957, Indonesia menyelenggarakan ajang olahraga berskala nasional pertama untuk penyandang disabilitas yang diberi nama Pekan Olahraga Penderita Cacat (POR Penca). Ajang ini terus berkembang, berganti nama menjadi Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas) pada 1993, dan akhirnya menjadi Pekan Paralimpiade Nasional (Perpanas) pada 2005.

Selain fokus pada kompetisi domestik, Indonesia juga aktif di kancah internasional. Pada tahun 1973, atlet difabel Indonesia pertama kali berkiprah di ajang internasional atas undangan Austrian Sports Organization for Disabled. Setahun kemudian, Indonesia turut memprakarsai Far Eastern and South Pacific Games for the Disabled (Fespik Games), bersama Jepang, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. Fespik Games menjadi salah satu landasan bagi kerjasama olahraga difabel di kawasan Asia-Pasifik.

Langkah besar berikutnya adalah debut Indonesia di Paralimpiade pada tahun 1976 di Toronto. Sejak saat itu, Indonesia secara konsisten berpartisipasi di ajang bergengsi ini dan meraih sejumlah prestasi membanggakan. Dalam satu dekade terakhir, jumlah atlet difabel yang lolos ke Paralimpiade terus meningkat, mencerminkan perbaikan kualitas dan persiapan dalam pembinaan mereka. Keberhasilan meraih medali emas di Paralimpiade Paris 2024 adalah bukti konkret dari upaya dan dedikasi yang dilakukan selama ini.

Atlet difabel Indonesia juga menorehkan prestasi gemilang di ajang tingkat ASEAN, Asia, dan dunia. Pada World Abilitysport Games (WAG) 2023 di Thailand, misalnya, Indonesia meraih hasil positif. Dalam lima hari keikutsertaan, Indonesia yang mengirimkan 39 atlet, mendulang delapan medali emas. Enam dari medali emas tersebut dipersembahkan oleh atlet balap sepeda, sementara sisanya berasal dari cabang menembak dan renang (Kompas29/8/2024).

Sebelumnya, kontingen Indonesia meraih prestasi luar biasa di Asian Para Games Hangzhou 2022. Para atlet yang berlaga dari 22 hingga 28 Oktober 2022 mampu melampaui target yang ditetapkan dengan meraih 29 medali emas, 30 perak, dan 36 perunggu, serta memecahkan 13 rekor—terdiri dari 8 rekor Asian Para Games, 3 rekor Asia, dan 2 rekor dunia. Indonesia menjadi negara ketiga paling efektif dalam perolehan medali setelah China dan Uzbekistan, dengan 83 dari 130 atlet yang dikirim pulang membawa medali.

Di tingkat ASEAN, Indonesia tidak tertandingi. Kontingen “Merah Putih” berhasil menjadi juara umum pada tiga gelaran ASEAN Para Games terakhir secara beruntun. Prestasi ini menunjukkan potensi besar atlet difabel Indonesia dan menegaskan kemajuan dalam pengakuan serta dukungan terhadap olahraga difabel di tanah air.

Namun, untuk menjaga dan memperbesar prestasi ini, perhatian serius dari pemerintah dan berbagai pihak terkait sangat diperlukan. Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), yang disahkan melalui Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 pada 9 September 2021, menggarisbawahi komitmen Indonesia untuk membina cabang olahraga yang berpotensi meraih medali di Olimpiade dan Paralimpiade.

Poin utama dari DBON adalah memastikan bahwa pembinaan olahraga difabel mendapatkan perhatian setara dengan olahraga nondifabel. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa semua atlet, terlepas dari kondisi fisik mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi mereka dan meraih kesuksesan di kancah internasional.

Komitmen pemerintah untuk memastikan kesetaraan pembinaan ini menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi atlet difabel. Dukungan yang memadai dalam hal fasilitas, dana, dan perhatian publik akan memungkinkan Indonesia untuk terus melahirkan atlet difabel yang berprestasi dan berkontribusi pada kejayaan olahraga nasional.

Kesetaraan dalam pembinaan olahraga, sebagaimana diamanatkan dalam DBON, adalah langkah fundamental menuju masyarakat yang lebih inklusif dan adil, di mana setiap atlet, baik difabel maupun nondifabel, memiliki kesempatan yang setara untuk bersinar. (LITBANG KOMPAS)

Baca Juga

Komentar

 Arenanews 


 Postingan Lainnya 

Informasi Olahraga Terbaru - Google Berita